Destinasi Wisata Religi di Tasikmalaya Selatan

Destinasi Wisata Religi di Tasikmalaya Selatan - Pamijahan, sebuah kawasan tempat wisata religi di Bantarkalong, Kab. Tasikmalaya tersebut dari dulu menjadi tujuan para peziarah. Sejarah Pamijahan menjadi magnet tersendiri bagi para pengunjung yang menginginkan ziarah sekaligus menentramkan diri. Profil seputar Pamijahan ini bisa saudara baca dalam buku menyingkap tabir rahasia spiritual Syekh Abdul Muhyi (Wali Pamijahan): Menapaki Jejak Para Tokoh Sufi Nusantara Abad XVII-XVII yang ditulis oleh Muhammad Wildan Yahya penerbit Refika Aditama (2007).


Wisata Religi di Tasikmalaya Selatan

Kisah Perjalanan Syeikh Haji Abdul Muhyi

Syeikh Haji Abdul Muhyi yang lahir di Mataram sekitar tahun 1650 Masehi atau 1071 Hijriah. Sosok inilah yang menjadi tujuan para peziarah berdoa di makamnya. Pada masa remajanya, Syeikh Haji Abdul Muhyi penah menuntut ilmu ke Aceh/Kuala untuk bisa berguru kepada Syekh Abdurrauf Singkil bin Abdul Jabar. Diusia 27 tahun beliau dibawa oleh gurunya ke Baghdad untuk berziarah ke makam Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani (selama 2 tahun).

Beliau juga lalu diajak Syeikh Abdul Rauf ke Makkah untuk bisa menunaikan Ibadah Haji. Di depan Ka'bah, sang guru mendapatkan ilham kalau di antara santrinya akan ada sosok yang mendapat pangkat kewalian. Dan di Masjidil Haram tiba-tiba ada cahaya yang langsung menuju Syeikh Abdul Muhyi.

Beliau juga mendapat titiah dari sang guru untuk mencari gua. Syeikh Abdul Muhyi kemudian kembali ke Gresik. Beliau pjuga pernah menetap di daerah Darma Kuningan. Kemudian, beliau mengembara dan masuklah ke daerah Tasikmalaya. Kemudian, Syeikh Abdul Muhyi dinikahkan oleh orang tuanya dengan Ayu Bakta putri dari Sembah Dalem Sacaparana putra Dalem Sawidak atau Raden Tumenggung Wiradadaha III. Selama dalam pencaria gua, beliau menempuh perjalanan yang cukup panjang hingga ke daerah Pameungpeuk (Garut Selatan). Di sini beliau bermukim selama 1 tahun (1685-1686 M).

Sewaktu Syeikh Abdul Muhyi berjalan ke arah timur, terdengarlah suara air terjun dan kicauan burung yang keluar dari dalam lubang. Dilihatnya lubang besar itu, yang mana keadaannya sama dengan gua yang digambarkan oleh gurunya. Seketika kedua tangannya diangkat, memuji kebesaran Allah. Telah ditemukan gua bersejarah, dimana ditempat tersebut dahulu Syeikh Abdul Qodir Al Jailani menerima ijazah ilmu agama dari gurunya yang bernama Imam Sanusi.

Gua yang sekarang di kenal dengan nama Goa Pamijahan yaitu sebuah warisan dari Syeikh Abdul Qodir Al Jailani yang hidup kurang lebih 200 tahun sebelum Syeikh Abdul Muhyi. Gua tersebut terletak di antara kaki Gunung Mujarod. Sejak goa ditemukan Syeikh Abdul Muhyi bersama keluarga beserta santri-santrinya kemudian bermukim disana. Disamping mendidik santrinya dengan ilmu agama, dia juga menempuh jalan tharekat.

Situs Ziarah Pamijahan

Dua situs yang ada di sini yang sering dikunjungi yakni Gua Safarwadi dan Makam Waliyullah Syeh Abdul Muhyi. Letaknya tepat di kaki Gunung Mujarod. Pamijahan sendiri berlokasi di sebuah kampung di pinggir sungai dan merupakan pusat dari kedusunan setempat yang masih terlihat asri dan alami.

Dalam gua tersebut, terdapat sekat-sekat yang menggambarkan seperti ruang dalam sebuah bangunan. Satu hal yang menjadikan banyak peziarah yang juga masuk ke dalam Gua Pamijahan yaitu untuk melihat lubang-lubang seperti mulut gua yang dikisahkan menjadi jalan tembus menuju Banten, Cirebon, sampai Makkah'.

Sementara makam Pamijahan mempunyai tiga lapis area. Area pertama adalah bagian luar bangunan utama yang mempunyai sekitar 24 makam dan lapisan kedua sekitar 11 makam dari sanak keluarga Waliyullah Safardi. Pada bangunan utamanya terdapat satu makam utama yang juga ditutup dengan dinding. makam tersebut seolah berada di atas bukit yang dikelilingi hamparan sawah yang subur. Di sekitar kompleks makam tumbuh pepohonan besar yang memberi kesan rindang dan teduh.

Makam lain yang terdapat di sini yaitu Raden Subamanggala Wiradadaha IV, yang dikenal sebagai Dalem Pamijahan, yang ditempatkan di sebelah timur makam Syekh Abdul Muhyi ditandai oleh sebuah payung. Ia adalah anak sulung Raden Tumenggung Anggadipa Wiradadaha III, sebagai Bupati Sukapura selain itu juga terdapat Makam Sembah Khotib Muwahid, Sembah Kudrot, Sembah Dalem Yudanegara, dan Sembah Dalem Sacaparana. Sumber: wisatajabar.com