Sejarah Masjid Cheng Ho Palembang - Masjid Cheng Hoo Palembang sebenarnya bernama Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi di Jakabaring Palembang. Peletakkan batu pertama Masjid Cheng Hoo dilakukan pada bulan September 2005, tanah tempat masjid berdiri merupakan hibah dari pemerintah daerah, modal awal pembangunan sekitar Rp 150 juta diperoleh dari anggota PITI Sumatera Selatan dan mulai digunakan sejak hari Jum’at 22 Agustus 2008 dengan digelarnya sholat jum’at berjamaah dan di hadiri tak kurang dari 1500 jemaah dari berbagai etnis dan daerah di Palembang. Acara tersebut juga dihadiri oleh walikota Palembang yang turut sholat jum’at berjamaah. Sebelum sholat jum’at dilaksanakan diadakan sedikit acara selamatan yang di selenggarakan oleh pengurus PITI Sumatera Selatan.
Sumber gambar:IndonesiaKaya.com
Bentuk Arsitektur Masjid Cheng Ho Palembang
Masjid Cheng Hoo memiliki dua lantai dan mampu menampung sekitar 600 jemaah. Lantai pertama digunakan untuk jemaah laki laki, sedangkan lantai dua digunakan khusus untuk jemaah wanita. Menara di kedua sisi masjid meniru klenteng-klenteng di Cina, dicat warna merah dan hijau giok.
Pembangunan Masjid Cheng Ho Palembang menelan biaya sekitar Rp 4 miliar, Masjid dibangun dengan perpaduan unsur Cina, Melayu, Nusantara dan arab Tempat Pendidikan Al-Quran untuk anak-anak secara gratis, Kantor DKM, perpustakaan masjid, serta ruang serbaguna.dan dilengkapi dengan rumah imam, Bangunan masjid berukuran 25 x 25 meter berdiri di atas tanah 5000 meter persegi..
Sejarah Laksamana Cheng Ho dengan Palembang
Menara Masjid yang berbentuk pagoda
Penyebaran Islam di Indonesia, selain dilakukan para pedagang dari Arab dan sekitarnya, ternyata para pedagang asal Tionghoa ikut berperan menyebarkan Islam di daerah pesisir Palembang. Di sini pula peran Laksamana Cheng Ho dalam menyebarkan Islam di Palembang. Armada Cheng Ho sebanyak 62 buah kapal dan tentara yang berjumlah 27.800 yang dipimpinnya itu pernah empat kali berlabuh di pelabuhan tua di Palembang.
Sejarah kota Palembang memang tak terpisahkan dengan Laksamana Cheng Ho. Sejak melakukan pelayaran mengelilingi dunia, Cheng Ho sempat 4 kali datang ke Palembang. Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap lalu diwajibkan untuk menjalani pendidikan militer sampai kemudian menjadi Laksamana. Cheng Ho berasal dari suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
Pada tahun 1407 Kota Palembang yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya pernah meminta bantuan armada Tiongkok yang ada di Asia Tenggara untuk menumpas perampok-perampok Tionghoa Hokkian yang mengganggu ketenteraman. Kepala perampok tersebut yang bernama Chen Tsu Ji berhasil diringkus dan dibawa ke Peking. Semenjak itu, Laksamana Cheng Ho membentuk masyarakat Islam Tionghoa di Kota Palembang yang memang sudah ada sejak zaman Sriwijaya.
Gerombolan perompak yang dipimpin Chen Tsu Ji, sebenarnya bekas seorang perwira angkatan laut China asal Kanton. Dia melarikan diri ketika Dinasti Ming berkuasa. Pelariannya berlabuh di Palembang. Kedatangannya ke Palembang telah membuat resah para pedagang yang singgah. Sebab, Chen Tsu Ji membawa ribuan pengikutnya dan membangun basis kekuasaan di Palembang, atau po-lin-fong dalam bahasa China, yang berarti ”pelabuhan tua.” Selama berkuasa di Palembang, Chen Tsu Ji menguasai daerah sekitar muara Sungai Musi, perairan Sungsang, dan Selat Bangka.
Anak buah Chen Tsu Ji merompak semua kapal yang melintasi perairan itu. Kebetulan atau tidak, daerah-daerah itu sampai kini jadi kantung-kantung bandit Palembang. Selama perjalanan Cheng Ho antara 1405–1433 M, dia pernah empat kali ke Palembang. Tahun 1407 masehi, armada Cheng Ho mampir ke Palembang dalam rangka menumpas perompak yang dipimpin Chen Tsui Ji tersebut. Kemudian, pada tahun 1413–1415M, 1421–1422M, dan tahun 1431–1433 M, armada Cheng Ho berlabuh ke Palembang. Setelah memberantas para perampok, Laksamana Cheng Ho berlabuh hingga tiga kali ke Palembang. Namun, tidak ada yang tahu maksud dan tujuannya.
Etnis thionghoa menjadi salah satu etnis yang mendiami wilayah Sumsel hingga kini dan menurut catatan saat ini Tionghoa muslim di Sumsel berjumlah sekitar 4.000 orang. Sekitar 2.000 orang lebih muslim Tionghoa telah lama menetap di Palembang
Demikian info mengenai Sejarah Masjid Cheng Ho Palembang - Masjid Cheng Hoo Palembang sebenarnya bernama Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi di Jakabaring Palembang. Peletakkan batu pertama Masjid Cheng Hoo dilakukan pada bulan September 2005, tanah tempat masjid berdiri merupakan hibah dari pemerintah daerah, modal awal pembangunan sekitar Rp 150 juta diperoleh dari anggota PITI Sumatera Selatan dan mulai digunakan sejak hari Jum’at 22 Agustus 2008 dengan digelarnya sholat jum’at berjamaah dan di hadiri tak kurang dari 1500 jemaah dari berbagai etnis dan daerah di Palembang. Acara tersebut juga dihadiri oleh walikota Palembang yang turut sholat jum’at berjamaah. Sebelum sholat jum’at dilaksanakan diadakan sedikit acara selamatan yang di selenggarakan oleh pengurus PITI Sumatera Selatan.
Bentuk Arsitektur Masjid Cheng Ho Palembang
Masjid Cheng Hoo memiliki dua lantai dan mampu menampung sekitar 600 jemaah. Lantai pertama digunakan untuk jemaah laki laki, sedangkan lantai dua digunakan khusus untuk jemaah wanita. Menara di kedua sisi masjid meniru klenteng-klenteng di Cina, dicat warna merah dan hijau giok.
Pembangunan Masjid Cheng Ho Palembang menelan biaya sekitar Rp 4 miliar, Masjid dibangun dengan perpaduan unsur Cina, Melayu, Nusantara dan arab Tempat Pendidikan Al-Quran untuk anak-anak secara gratis, Kantor DKM, perpustakaan masjid, serta ruang serbaguna.dan dilengkapi dengan rumah imam, Bangunan masjid berukuran 25 x 25 meter berdiri di atas tanah 5000 meter persegi..
Sejarah Laksamana Cheng Ho dengan Palembang
Menara Masjid yang berbentuk pagoda
Penyebaran Islam di Indonesia, selain dilakukan para pedagang dari Arab dan sekitarnya, ternyata para pedagang asal Tionghoa ikut berperan menyebarkan Islam di daerah pesisir Palembang. Di sini pula peran Laksamana Cheng Ho dalam menyebarkan Islam di Palembang. Armada Cheng Ho sebanyak 62 buah kapal dan tentara yang berjumlah 27.800 yang dipimpinnya itu pernah empat kali berlabuh di pelabuhan tua di Palembang.
Sejarah kota Palembang memang tak terpisahkan dengan Laksamana Cheng Ho. Sejak melakukan pelayaran mengelilingi dunia, Cheng Ho sempat 4 kali datang ke Palembang. Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap lalu diwajibkan untuk menjalani pendidikan militer sampai kemudian menjadi Laksamana. Cheng Ho berasal dari suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
Pada tahun 1407 Kota Palembang yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya pernah meminta bantuan armada Tiongkok yang ada di Asia Tenggara untuk menumpas perampok-perampok Tionghoa Hokkian yang mengganggu ketenteraman. Kepala perampok tersebut yang bernama Chen Tsu Ji berhasil diringkus dan dibawa ke Peking. Semenjak itu, Laksamana Cheng Ho membentuk masyarakat Islam Tionghoa di Kota Palembang yang memang sudah ada sejak zaman Sriwijaya.
Gerombolan perompak yang dipimpin Chen Tsu Ji, sebenarnya bekas seorang perwira angkatan laut China asal Kanton. Dia melarikan diri ketika Dinasti Ming berkuasa. Pelariannya berlabuh di Palembang. Kedatangannya ke Palembang telah membuat resah para pedagang yang singgah. Sebab, Chen Tsu Ji membawa ribuan pengikutnya dan membangun basis kekuasaan di Palembang, atau po-lin-fong dalam bahasa China, yang berarti ”pelabuhan tua.” Selama berkuasa di Palembang, Chen Tsu Ji menguasai daerah sekitar muara Sungai Musi, perairan Sungsang, dan Selat Bangka.
Anak buah Chen Tsu Ji merompak semua kapal yang melintasi perairan itu. Kebetulan atau tidak, daerah-daerah itu sampai kini jadi kantung-kantung bandit Palembang. Selama perjalanan Cheng Ho antara 1405–1433 M, dia pernah empat kali ke Palembang. Tahun 1407 masehi, armada Cheng Ho mampir ke Palembang dalam rangka menumpas perompak yang dipimpin Chen Tsui Ji tersebut. Kemudian, pada tahun 1413–1415M, 1421–1422M, dan tahun 1431–1433 M, armada Cheng Ho berlabuh ke Palembang. Setelah memberantas para perampok, Laksamana Cheng Ho berlabuh hingga tiga kali ke Palembang. Namun, tidak ada yang tahu maksud dan tujuannya.
Etnis thionghoa menjadi salah satu etnis yang mendiami wilayah Sumsel hingga kini dan menurut catatan saat ini Tionghoa muslim di Sumsel berjumlah sekitar 4.000 orang. Sekitar 2.000 orang lebih muslim Tionghoa telah lama menetap di Palembang
Bentuk Arsitektur Masjid Cheng Ho Palembang
Masjid Cheng Hoo memiliki dua lantai dan mampu menampung sekitar 600 jemaah. Lantai pertama digunakan untuk jemaah laki laki, sedangkan lantai dua digunakan khusus untuk jemaah wanita. Menara di kedua sisi masjid meniru klenteng-klenteng di Cina, dicat warna merah dan hijau giok.
Pembangunan Masjid Cheng Ho Palembang menelan biaya sekitar Rp 4 miliar, Masjid dibangun dengan perpaduan unsur Cina, Melayu, Nusantara dan arab Tempat Pendidikan Al-Quran untuk anak-anak secara gratis, Kantor DKM, perpustakaan masjid, serta ruang serbaguna.dan dilengkapi dengan rumah imam, Bangunan masjid berukuran 25 x 25 meter berdiri di atas tanah 5000 meter persegi..
Sejarah Laksamana Cheng Ho dengan Palembang
Menara Masjid yang berbentuk pagoda
Penyebaran Islam di Indonesia, selain dilakukan para pedagang dari Arab dan sekitarnya, ternyata para pedagang asal Tionghoa ikut berperan menyebarkan Islam di daerah pesisir Palembang. Di sini pula peran Laksamana Cheng Ho dalam menyebarkan Islam di Palembang. Armada Cheng Ho sebanyak 62 buah kapal dan tentara yang berjumlah 27.800 yang dipimpinnya itu pernah empat kali berlabuh di pelabuhan tua di Palembang.
Sejarah kota Palembang memang tak terpisahkan dengan Laksamana Cheng Ho. Sejak melakukan pelayaran mengelilingi dunia, Cheng Ho sempat 4 kali datang ke Palembang. Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap lalu diwajibkan untuk menjalani pendidikan militer sampai kemudian menjadi Laksamana. Cheng Ho berasal dari suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
Pada tahun 1407 Kota Palembang yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya pernah meminta bantuan armada Tiongkok yang ada di Asia Tenggara untuk menumpas perampok-perampok Tionghoa Hokkian yang mengganggu ketenteraman. Kepala perampok tersebut yang bernama Chen Tsu Ji berhasil diringkus dan dibawa ke Peking. Semenjak itu, Laksamana Cheng Ho membentuk masyarakat Islam Tionghoa di Kota Palembang yang memang sudah ada sejak zaman Sriwijaya.
Gerombolan perompak yang dipimpin Chen Tsu Ji, sebenarnya bekas seorang perwira angkatan laut China asal Kanton. Dia melarikan diri ketika Dinasti Ming berkuasa. Pelariannya berlabuh di Palembang. Kedatangannya ke Palembang telah membuat resah para pedagang yang singgah. Sebab, Chen Tsu Ji membawa ribuan pengikutnya dan membangun basis kekuasaan di Palembang, atau po-lin-fong dalam bahasa China, yang berarti ”pelabuhan tua.” Selama berkuasa di Palembang, Chen Tsu Ji menguasai daerah sekitar muara Sungai Musi, perairan Sungsang, dan Selat Bangka.
Anak buah Chen Tsu Ji merompak semua kapal yang melintasi perairan itu. Kebetulan atau tidak, daerah-daerah itu sampai kini jadi kantung-kantung bandit Palembang. Selama perjalanan Cheng Ho antara 1405–1433 M, dia pernah empat kali ke Palembang. Tahun 1407 masehi, armada Cheng Ho mampir ke Palembang dalam rangka menumpas perompak yang dipimpin Chen Tsui Ji tersebut. Kemudian, pada tahun 1413–1415M, 1421–1422M, dan tahun 1431–1433 M, armada Cheng Ho berlabuh ke Palembang. Setelah memberantas para perampok, Laksamana Cheng Ho berlabuh hingga tiga kali ke Palembang. Namun, tidak ada yang tahu maksud dan tujuannya.
Etnis thionghoa menjadi salah satu etnis yang mendiami wilayah Sumsel hingga kini dan menurut catatan saat ini Tionghoa muslim di Sumsel berjumlah sekitar 4.000 orang. Sekitar 2.000 orang lebih muslim Tionghoa telah lama menetap di Palembang
Demikian info mengenai Sejarah Masjid Cheng Ho Palembang - Masjid Cheng Hoo Palembang sebenarnya bernama Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi di Jakabaring Palembang. Peletakkan batu pertama Masjid Cheng Hoo dilakukan pada bulan September 2005, tanah tempat masjid berdiri merupakan hibah dari pemerintah daerah, modal awal pembangunan sekitar Rp 150 juta diperoleh dari anggota PITI Sumatera Selatan dan mulai digunakan sejak hari Jum’at 22 Agustus 2008 dengan digelarnya sholat jum’at berjamaah dan di hadiri tak kurang dari 1500 jemaah dari berbagai etnis dan daerah di Palembang. Acara tersebut juga dihadiri oleh walikota Palembang yang turut sholat jum’at berjamaah. Sebelum sholat jum’at dilaksanakan diadakan sedikit acara selamatan yang di selenggarakan oleh pengurus PITI Sumatera Selatan.
Bentuk Arsitektur Masjid Cheng Ho Palembang
Masjid Cheng Hoo memiliki dua lantai dan mampu menampung sekitar 600 jemaah. Lantai pertama digunakan untuk jemaah laki laki, sedangkan lantai dua digunakan khusus untuk jemaah wanita. Menara di kedua sisi masjid meniru klenteng-klenteng di Cina, dicat warna merah dan hijau giok.
Pembangunan Masjid Cheng Ho Palembang menelan biaya sekitar Rp 4 miliar, Masjid dibangun dengan perpaduan unsur Cina, Melayu, Nusantara dan arab Tempat Pendidikan Al-Quran untuk anak-anak secara gratis, Kantor DKM, perpustakaan masjid, serta ruang serbaguna.dan dilengkapi dengan rumah imam, Bangunan masjid berukuran 25 x 25 meter berdiri di atas tanah 5000 meter persegi..
Sejarah Laksamana Cheng Ho dengan Palembang
Menara Masjid yang berbentuk pagoda
Penyebaran Islam di Indonesia, selain dilakukan para pedagang dari Arab dan sekitarnya, ternyata para pedagang asal Tionghoa ikut berperan menyebarkan Islam di daerah pesisir Palembang. Di sini pula peran Laksamana Cheng Ho dalam menyebarkan Islam di Palembang. Armada Cheng Ho sebanyak 62 buah kapal dan tentara yang berjumlah 27.800 yang dipimpinnya itu pernah empat kali berlabuh di pelabuhan tua di Palembang.
Sejarah kota Palembang memang tak terpisahkan dengan Laksamana Cheng Ho. Sejak melakukan pelayaran mengelilingi dunia, Cheng Ho sempat 4 kali datang ke Palembang. Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap lalu diwajibkan untuk menjalani pendidikan militer sampai kemudian menjadi Laksamana. Cheng Ho berasal dari suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
Pada tahun 1407 Kota Palembang yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya pernah meminta bantuan armada Tiongkok yang ada di Asia Tenggara untuk menumpas perampok-perampok Tionghoa Hokkian yang mengganggu ketenteraman. Kepala perampok tersebut yang bernama Chen Tsu Ji berhasil diringkus dan dibawa ke Peking. Semenjak itu, Laksamana Cheng Ho membentuk masyarakat Islam Tionghoa di Kota Palembang yang memang sudah ada sejak zaman Sriwijaya.
Gerombolan perompak yang dipimpin Chen Tsu Ji, sebenarnya bekas seorang perwira angkatan laut China asal Kanton. Dia melarikan diri ketika Dinasti Ming berkuasa. Pelariannya berlabuh di Palembang. Kedatangannya ke Palembang telah membuat resah para pedagang yang singgah. Sebab, Chen Tsu Ji membawa ribuan pengikutnya dan membangun basis kekuasaan di Palembang, atau po-lin-fong dalam bahasa China, yang berarti ”pelabuhan tua.” Selama berkuasa di Palembang, Chen Tsu Ji menguasai daerah sekitar muara Sungai Musi, perairan Sungsang, dan Selat Bangka.
Anak buah Chen Tsu Ji merompak semua kapal yang melintasi perairan itu. Kebetulan atau tidak, daerah-daerah itu sampai kini jadi kantung-kantung bandit Palembang. Selama perjalanan Cheng Ho antara 1405–1433 M, dia pernah empat kali ke Palembang. Tahun 1407 masehi, armada Cheng Ho mampir ke Palembang dalam rangka menumpas perompak yang dipimpin Chen Tsui Ji tersebut. Kemudian, pada tahun 1413–1415M, 1421–1422M, dan tahun 1431–1433 M, armada Cheng Ho berlabuh ke Palembang. Setelah memberantas para perampok, Laksamana Cheng Ho berlabuh hingga tiga kali ke Palembang. Namun, tidak ada yang tahu maksud dan tujuannya.
Etnis thionghoa menjadi salah satu etnis yang mendiami wilayah Sumsel hingga kini dan menurut catatan saat ini Tionghoa muslim di Sumsel berjumlah sekitar 4.000 orang. Sekitar 2.000 orang lebih muslim Tionghoa telah lama menetap di Palembang>> Sumber:http://kgsismail7.blogspot.com
Demikian info mengenai Sejarah Masjid Cheng Ho Palembang semoga bisa bermanfaat.
Bentuk Arsitektur Masjid Cheng Ho Palembang
Masjid Cheng Hoo memiliki dua lantai dan mampu menampung sekitar 600 jemaah. Lantai pertama digunakan untuk jemaah laki laki, sedangkan lantai dua digunakan khusus untuk jemaah wanita. Menara di kedua sisi masjid meniru klenteng-klenteng di Cina, dicat warna merah dan hijau giok.
Pembangunan Masjid Cheng Ho Palembang menelan biaya sekitar Rp 4 miliar, Masjid dibangun dengan perpaduan unsur Cina, Melayu, Nusantara dan arab Tempat Pendidikan Al-Quran untuk anak-anak secara gratis, Kantor DKM, perpustakaan masjid, serta ruang serbaguna.dan dilengkapi dengan rumah imam, Bangunan masjid berukuran 25 x 25 meter berdiri di atas tanah 5000 meter persegi..
Sejarah Laksamana Cheng Ho dengan Palembang
Menara Masjid yang berbentuk pagoda
Penyebaran Islam di Indonesia, selain dilakukan para pedagang dari Arab dan sekitarnya, ternyata para pedagang asal Tionghoa ikut berperan menyebarkan Islam di daerah pesisir Palembang. Di sini pula peran Laksamana Cheng Ho dalam menyebarkan Islam di Palembang. Armada Cheng Ho sebanyak 62 buah kapal dan tentara yang berjumlah 27.800 yang dipimpinnya itu pernah empat kali berlabuh di pelabuhan tua di Palembang.
Sejarah kota Palembang memang tak terpisahkan dengan Laksamana Cheng Ho. Sejak melakukan pelayaran mengelilingi dunia, Cheng Ho sempat 4 kali datang ke Palembang. Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap lalu diwajibkan untuk menjalani pendidikan militer sampai kemudian menjadi Laksamana. Cheng Ho berasal dari suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
Pada tahun 1407 Kota Palembang yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya pernah meminta bantuan armada Tiongkok yang ada di Asia Tenggara untuk menumpas perampok-perampok Tionghoa Hokkian yang mengganggu ketenteraman. Kepala perampok tersebut yang bernama Chen Tsu Ji berhasil diringkus dan dibawa ke Peking. Semenjak itu, Laksamana Cheng Ho membentuk masyarakat Islam Tionghoa di Kota Palembang yang memang sudah ada sejak zaman Sriwijaya.
Gerombolan perompak yang dipimpin Chen Tsu Ji, sebenarnya bekas seorang perwira angkatan laut China asal Kanton. Dia melarikan diri ketika Dinasti Ming berkuasa. Pelariannya berlabuh di Palembang. Kedatangannya ke Palembang telah membuat resah para pedagang yang singgah. Sebab, Chen Tsu Ji membawa ribuan pengikutnya dan membangun basis kekuasaan di Palembang, atau po-lin-fong dalam bahasa China, yang berarti ”pelabuhan tua.” Selama berkuasa di Palembang, Chen Tsu Ji menguasai daerah sekitar muara Sungai Musi, perairan Sungsang, dan Selat Bangka.
Anak buah Chen Tsu Ji merompak semua kapal yang melintasi perairan itu. Kebetulan atau tidak, daerah-daerah itu sampai kini jadi kantung-kantung bandit Palembang. Selama perjalanan Cheng Ho antara 1405–1433 M, dia pernah empat kali ke Palembang. Tahun 1407 masehi, armada Cheng Ho mampir ke Palembang dalam rangka menumpas perompak yang dipimpin Chen Tsui Ji tersebut. Kemudian, pada tahun 1413–1415M, 1421–1422M, dan tahun 1431–1433 M, armada Cheng Ho berlabuh ke Palembang. Setelah memberantas para perampok, Laksamana Cheng Ho berlabuh hingga tiga kali ke Palembang. Namun, tidak ada yang tahu maksud dan tujuannya.
Etnis thionghoa menjadi salah satu etnis yang mendiami wilayah Sumsel hingga kini dan menurut catatan saat ini Tionghoa muslim di Sumsel berjumlah sekitar 4.000 orang. Sekitar 2.000 orang lebih muslim Tionghoa telah lama menetap di Palembang>> Sumber:http://kgsismail7.blogspot.com
Demikian info mengenai Sejarah Masjid Cheng Ho Palembang semoga bisa bermanfaat.